Hidrolisis garam adalah reaksi peruraian suatu garam dalam air. Reaksi hidrolisis terjadi antara ion – ion garam (dalam air) dengan air sehingga ion ( + ) dan ion ( – ) dari garam bereaksi dengan air membentuk asam dan basa asalnya. Hidrolisis garam pada dasranya merupakan reaksi asam basa Bronsted-Lowry.
Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Namun demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral. Sifat garam bergantung pada jenis komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau asam lemah dengan basa lemah. Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan asam dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian garam yang larut bereaksi dengan air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini disebut hidrolisis (hidro yang berarti air dan lisis yang berarti penguraian).
Ada dua macam hidrolisis :
- Hidrolisis parsial / sebagian
(jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa kuat atau sebaliknya & pada hidrolisis sebagian hanya salah satu ion saja yang mengalami reaksi hidrolisis, yang lainnya tidak)
- Hidrolisis Total
(jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa lemah).
Catatan : garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis dan bersifat netral.
Beberapa jenis garam berdasarkan komponen asam basa pembentuknya. Di dalam air garam ini mengalami ionisasi sempurna menjadi anion dan kation.
- Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH larutan ini sama dengan 7.
Contoh :
– Larutan KCl berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan anionnya. KOH terionisasi menjadi H+ dan Cl– . Masing – masing ion tidak bereaksi dengan air, reaksinya dapat ditulis sebagai berikut.
KCl (aq) → K+(aq) + Cl–(aq)
K+(aq) + H2O(l) → Tidak terjadi reaksi
Cl–(aq) + H2O(l) → Tidak terjadi reaksi
- Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat asam, pH < 7.
Contoh :
– Amonium klorida (NH4Cl) merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat, HCl dalam basa lemah NH3. HCl akan terionisasi sempurna menjadi H+ dan Cl– sedangkan NH3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH– . Anion Cl– berasal dari asam kuat tidak dapat terhidrolisis, sedangkan kation NH4+ berasal dari basa lemah dapat terhidrolisis.
NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl–(aq)
Cl–(aq) + H2O(l) → Tidak terjadi reaksi
NH4+(aq) + H2O(l) → NH3(aq) + H3O+(aq)
Reaksi hidrolisis dari ammonium (NH4+) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini menghasilkan ion oksonium (H3O+) yang bersifat asam (pH < 7). Secara umum reaksi ditulis :
BH+ + H2O → B+ H3O+
- Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat basa (pH > 7).
Contoh :
– Natrium asetat (CH3COONa) terbentuk dari asam lemah CH3COOH dan basa kuat NaOH. CH3COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH3COO– dan Na+. Anion CH3COO– berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedankan kation Na+ berasal dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.
CH3COONa(aq) → CH3COO–(aq) + Na+(aq)
Na+(aq) + H2O(l) → Tidak terjadi reaksi
CH3COO–(aq) + H2O(l) → CH3COOH(aq) + OH–(aq)
Reaksi hidrolisis asetat (CH3COO–) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini mengahsilkan ion OH– yang bersifat basa basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis :
A- + H2O → HA + OH–
- Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total (sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Contoh :
– Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah NH3 akan terbentuk garam NH4CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H+ dan CN– sedangkan NH3 dalam air terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH– . Anion basa CN– dan kation asam NH4+ dapat terhidrolisis di dalam air.
NH4CN(aq) → NH4+(aq) + CN–(aq)
NH4+(aq) + H2O(l) → NH3(aq) + H3O+(aq)
CN–(aq) + H2O(l) → HCN(aq) + OH–(aq)
Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb).
– Jika Ka < Kb (asam lebih lemah daripada basa) maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan bersifat basa.
– Jika Ka > Kb (asam lebih kuat daripada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan bersifat asam.
– Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka larutan bersifat netral.