Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
الحمد لله رب العالي . والملاة والسلام
على اشرف الملين، وعلى آله وصحبه اجمعين
اابند
Alhamdulillah pada kesempatan ini kami dapat bertemu muka
dengan bapak-bapak, ibu-ibu dan saudara-saudara yang dirahmati
dan dimuliakan Allah. Harapan kami semoga pertemuan ini
membawa manfaat bagi kita semua. Amien
Kaum Muslimin-Muslimat yang berbahagia.
Kuat atau lemahnya iman seseorang dapat diukur dan diketahui
dari perilaku akhlaqnya karena iman yang kuat mewujudkan akhlaq
yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlaq
yang jahat dan buruk laku, mudah terkilir pada perbuatan Keji yang
merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Allah swt. dalam firmanNya yang termaktub dalam kitab sua
Al Qur’an banyak menyeru manusia untuk berbuat baik dan
melarang berbuat jahat, sebagai tuntunan iman dan taqwa
kepadanya.
Allah berfirman :
والله وكونوامع الصادقين ، التوبه : ۱۱۹
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.
(At Taubah : 119).
Dan perhatikan pula sabda Nabi Muhammad saw. dalam
menilai keadaan orang yang lemah imannya, yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku buruk dan jahat, diantaranya digambarkan
oleh Nabi, orang yang tidak punya rasa malu dalam melakukan
perbuatan keji dan hina, dan yang suka mengganggu tetangganya
Rasulullah saw. bersabda
انحيا والإنما ناجیگا اذارفع احدهما
مرقع الأخ رواه الحاكم والطبران .
Artinya :
Rasa malu dan iman itu sebenarnya terpadu menjadi satu maka
bilamana lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain.
Dalam hadits lain Rasulullah saw. bersabda:
ياسعة من الإيمان ، سرمقطوهای
Artinya
Malu adalah sebagaian daripada iman. Mutta
Kaum Muslimin yang berbahagia
Lebih jauh apabila direnungkan hadits yang kami kemudian
tadi nyatalah bahwa rasa malu sangat berpautan dengan iman
hingga boleh dikatakan tiap-tiap orang yang beriman pastilah la
seorang pemalu dan tiap-tiap orang yang tidak malu tidak ada
iman di dalam jiwanya walaupun lidahnya mengatakan at
beriman
Rasa malu itu, kalau ia ketinggalan daripada teran-temannya
pengalaman dan pengetahuannya, kalau ia tidak dapat berusaha
untuk mencari nafkah yang halal dan bekerja yang layak menurut
pandangan umum dan kalau ia ketinggalan dalam segala pekerjaan
kebajikan menurut agama.
Rasa malu itu sangat luasnya dan sukar diterangkan satu
persatu. Demikianlah sesuai dengan hadits Nabi Muhammad saw
والله لا يؤي والله لايؤمن، والله لايؤي
قيل: من یارسول الله ؟ قال : الذي لايام جاره
بوانه: رواد المغاربي ..
Artinya
Dari Allah, dia tidak beriman/Demi Allah, dia tidak berunan
Dari Allah, dia tidak beriman / Seorang hamba bertanya: Siapa
dia ya Rasukellah” Jawab Nabi saw. “Orang yang tetangganya
tidak aman dari keburukanya” (HR Bukhari).
Dalam mengajar para sahabat, Rasulullah saw senantiasa
menghindari dari perkataan yang tidak ada gunanya, yang bias
hankan manusia ke lembah pembicaraan ngawur yang menjurus
kearah perbuatan dosa
Rasulullah saw bersabda
*
کا یوم الله واليوم الاخر فود ها
ومن كان يؤمن بالله واليوم الاخر فليقل خدا و
ليت . رواه البخاری و مسام .
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
janganlah menyakiti tetangganya, dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berbicara yang baik, (kalau
dak dapat hendaklah diam saja. (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas memberikan penegasan pentingnya berbuat
baik dengan tetangga, juga memberikan pengertian bahwasanya
kam sangat menekankan kerukunan antara tetangga, karena yang
demikian sebagai ciri orang yang beriman.
Keterangan di atas itulah yang mengharuskan setiap pribadi
muslim mempunyai kesadaran terhadap kemampuannya yang
sangat terbatas
Sebab suatu kenyataan bahwa manusia hidup tidak dapat
benederi sendiri dan sangat memerlukan hubungan sesamanya dalam
menghadapi tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari.
Di dalam hubungan dengan sesamanya, maka tetanggalah
saudara terdekat yang lebih mudah didekati.
Oleh sebab itu Rasulullah saw memberikan batas pengertian
tetangga, sebagaimana sabdanya yang artinya
*Tetangga talah empat puluh rumah ke kanan, empat puluh
rumah ke kiri, empat puluh rumah ke depan dan empat puluh rumah
ke belakang”
Itulah yang dianggap tetanggan dekat kita, itulah saudara
terdekat kita
Saudara-saudara kaum Muslimin yang berbahagia.
Setelah mengetahui batas-batas tetangga, maka kita pun
hendaknya mematuhi hak dan kewajiban bertetangga, karena Is-
lam telah memberikan tuntunannya.
Hak dan kewajiban dalam bertetangga yang pada dasarnya
merupakan etiket hubungan sesama mereka banyak sekali meliputi
kepentingan-kepentingan hidup, baik yang bersifat pribadi maupun
secara bergotong-royong dilakukan orang banyak.
Kita hendaknya berusaha memudahkan kesulitan mereka
dengan memberikan pertolongan, karena kita yakin bahwa Allah
akan membalas dengan kemudahan pula, sebagaimana sabda Nabi
saw. :
كربة من كرب الدنيان
الله عنه كربة من كرب يوم القيامت روا ومام .
من نفس عن مو
Artinya :
Barangsiapa memudahkan kesulitan saudaranya niscaya AL
lah akan memudahkan jalannya ke sorga. (HR. Muslim).
Lebih dari itu sangat dicela oleh Islam kalau seorang muslim
tidak mau memberikan pertolongan kepada tetangganya, sehingga
digambarkan oleh Nabi saw. sebagai berikut :
ماامن لبات شبعان وباره جای ولجانم
وهو يعد . رواه النمارکی
Artinya:
Tidak beriman dengan baik kepadaku orang yang bermalam
dengan perut kenyang, padahal tetangganya berbaring dalam
keadaan lapar, sedang ia mengetahui keadaan tetangganya itu
(HR. Al Bazar)
Dalam membina iman yang benar dan sempurna, Rasulullah
saw. terus-menerus menanamkan akhlaq yang luhur, agar
ummatnya terpelihara dari perbuatan mungkar yang dimurkai Al-
lah. Namun demikian masih ada sementara orang yang beragama
yang meremehkan perbuatan ibadah yang diwajibkan.
Memang kadang-kadang diantara mereka menunjukkan sikap
yang baik di muka umum dan bicaranya cukup lantang ingin
menegakkannya, tetapi dibalik itu mereka tidak segan-segan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan akhlaq yang
mulia.
Pentingnya hubungan akhlaq dengan iman dan hubungan
iman dengan ibadah yang benar, Nabi Muhammad saw. menambah
dengan menjadikan iman sebagai dasar segala kebaikan dan
kebenaran di dunia serta keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.
Demikian juga masalah akhlaq tidak kalah pentingnya, bahkan
lebih penting dari itu. Oleh karenanya dalam pembinaan harus
mendapat petunjuk serta nasehat yang terus-menerus agar dapat
meresap dalam hati dan melekat dalam ingatan, hingga menjadi
keyakinannya, bahwa iman, kebaikan dan akhlaq adalah unsur
unsur yang erat kaitannya, tidak bisa dipisahkan satu dengan
lainnya.
Demikianlah pentingnya akhlaq. Semoga bermanfaat bagi kita.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.