Semua orang tua pasti menginginkan memperoleh anak yang cerdas. Tapi, banyak orang tua yang masih mengidentikkan kecerdasan anak berdasarkan kepintarannya berhitung. Padahal kecerdasan tidak hanya berkaitan dengan kemampuan matematika, tetapi bisa juga berkaitan dengan bidang bahasa, musik, atau bidang lainnya. Karena itu, dewasa ini para ahli pendidikan mulai mengemukan konsep tentang kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI).
Howard Gardner Jasmine (2007: 5) yang memperkenalkan istilah Teori kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence atau MI). Ia menjelaskan bahwa “Teori tentang Kecerdasan Majemuk (KM) adalah salah satu perkembangan paling penting dan paling menjanjikan dalam pendidikan dewasa ini”. Howard Gardner yang merupakan pakar psikologi perkembangan, melahirkan konsep kecerdasan majemuk. Ia berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan sebagai bagian dari karyanya di Universitas Harvard. Gardner menjelaskan ada delapan macam [sekarang sembilan] kecerdasan manusia yang meliputi bahasa (linguistic), musik (musical), logika-matematika (logical-mathematical), spasial (spatial), kinestetis-tubuh (bodily-kinesthetic), intrapersonal (intrapersonal), interpersonal (interpersonal), dan naturalis (naturalits). Berikut ini dijelaskan secara ringkas satu persatu dari bentuk-bentuk kecerdasan yang termasuk dalam kecerdasan majemuk dalam teori Gardner.
1) Kecerdasan Bahasa (Linguistic Intelligence)
Shearer (2004: 4) menjelaskan bahwa “Ciri utama dari kecerdasan bahasa meliputi kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif dalam membaca, menulis, dan berbicara. Keterampilan berbahasa penting sekali untuk memberikan berbagai penjelasan, deskripsi, dan ungkapan ekspresif”. Kecerdasan bahasa erat hubungannya dengan keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Banyak orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol mempunyai kemampuan dalam bersyair, atau gaya menulis yang kaya ekspresi (Gardner, 2003). Gardner percaya para penyair dan penulis berbakat mempunyai pemahaman yang kuat tentang semantik (arti kata-kata), fonologi (bunyi bahasa), pragmatik (penggunaan bahasa), dan sintaksis (kaidah bahasa) dalam menggunakan kata-kata dan gagasan uniknya.
Memori lisan (verbal memory) adalah komponen lain dari kecerdasan bahasa. Gardner (2003) menjelaskan bahwa “Kemampuan untuk mengingat informasi seperti daftar-daftar lisan yang panjang merupakan bentuk lain dari kecerdasan bahasa”. Oleh karena kekuatan memori lisan, maka mengingat dan mengulangi kata-kata yang panjang menjadi mudah bagi orang dengan kecerdasan bahasa yang menonjol. Bagi orang yang memiliki kekuatan pada memori lisannya dapat mengajukan gagasan dengan konstan karena mereka mempunyai banyak kata-kata di dalam memorinya.
2) Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Bakat musik adalah jenis kecerdasan yang muncul lebih awal pada manusia dibanding kecerdasan lain. Shearer (2004 : 4) menjelaskan bahwa “Kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap tangga nada, irama, dan warna bunyi (kualitas suara) serta aspek emosional akan bunyi yang berhubungan dengan bagian fungsional dari apresiasi musik, bernyanyi, dan memainkan alat musik”. Kemampuan auditorial yang baik adalah komponen penting bila seseorang dikatakan menonjol dalam kecerdasan musik (Gardner, 2003). Kemampuan auditorial tidak hanya menjadikan seseorang mampu mendengar dan merangkai musik saja, juga seseorang mampu mengingat pengalaman bermusik. Gardner (2003 : 102) juga menjelaskan bahwa “Kemampuan bermusik berhubungan dengan memori suara. Sekian persen dari apa yang didengar seseorang akan masuk dalam alam bawah sadarnya dan menjadi bagian pokok dari daya ingatnya”. Musik sering dimasukkan dalam ranah kecerdasan karena merupakan komponen memori. Diperlukan proses mengingat dan menyimpan informasi, serta mengolahnya untuk dapat menonjol di bidang musik.
3) Kecerdasan Logika-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan ini yang seringkali dijadikan tolok ukur untuk menentukan kepintaran seseorang. Shearer (2004: 4) menyatakan bahwa “Kecerdasan logika-matematika meliputi keterampilan berhitung juga berpikir logis dan keterampilan pemecahan masalah”. Ciri menonjol dari kecerdasan logika-matematika adalah kemampuan berhitung dengan cepat, menaksir, melengkapi permasalahan aritmetika, memahami atau membuat alasan tentang hubungan-hubungan antar angka, menyelesaikan pola atau melengkapi irama bilangan, dan membaca penanggalan atau sistem notasi lain (Gardner, 2003).
4) Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence)
Kecerdasan visual-spasial kadang-kadang disebut juga dengan kecerdasan ruang. Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan untuk merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004). Gardner (2003 : 173) mengakui bahwa “Pusat bagi kecerdasan ruang adalah kapasitas untuk merasakan dunia visual secara akurat, untuk melakukan transformasi dan modifikasi terhadap persepsi awal atas pengelihatan, dan mampu menciptakan kembali aspek dari pengalaman visual, bahkan sampai pada ketidakhadiran dari stimulus fisik yang berhubungan dengan pengalaman visualnya”. Ada banyak profesi yang memerlukan kecerdasan ruang, contohnya :
- dalam permainan sepakbola, seorang gelandang harus mampu memperkirakan seberapa jauh penyerang dapat menerima operan bola dan mengukur kekuatan serta arah tendanganya untuk mencapai target.
- arsitek dapat menyusun rencangan pola bangunan sesuai dengan ukuran ruang yang tersedia
- pelaut memiliki kecerdasan ruang untuk dapat mengemudikan perahunya ke arah tujuan dengan bantuan peta (Checkley, 1997).
Kecerdasan visual-spasial berhubungan dengan objek dan ruang yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5) Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
“Kecerdasan kinestetik menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara baik untuk ekspresi gerak (tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik)” Shearer (2004: 5). Penari dan perenang merupakan contoh profesi yang mengembangkan penguasaan gerak badan sesuai gerakan khusus. Contoh lain dari kecerdasan kinestetik adalah kemampuan menggerakkan objek dengan gerakan kompleks, seperti pemain basebal dan pemain musik. Seseorang dengan kecerdasan kinestetik-tubuh yang menonjol mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan (Gardner, 1983).
6) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Ada dua kecerdasan yang berhubungan dengan perasaan diri sendiri. Pertama kecerdasan pribadi yang berhubungan dengan aspek internal dari seseorang. Hal itu disebut dengan kecerdasan intrapersonal. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Fungsi penting dari kecerdasan intrapersonal ialah meliputi penilaian-diri yang akurat, penentuan tujuan, memahami-diri atau instropeksi, dan mengatur emosi diri. Jika seseorang sudah memiliki kecerdasan intrapersonal yang kuat maka ia mampu memahami dirinya sebagai pribadi, apakah menyangkut potensi dirinya, bagaimana ia mereaksi terhadap berbagai hal, dan apa yang menjadi cita-citanya (Checkley, 1997). Dengan kecerdasan intrapersonal yang baik diharapkan setiap orang mampu membuat keputusan dan menentukan perilakunya tanpa harus selalu diarahkan dari orang lain.
7) Kecerdasan Interpesonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan kedua yang berhubungan dengan orang dan pemahaman terhadap diri sendiri merupakan hubungan interpersonal. Kecerdasan interpersonal, sebagai sisi lain dari kecerdasan intrapersonal, sangat berhubungan dengan kemampuan untuk memahami orang lain. Shearer (2004: 6) menyatakan bahwa “Kecerdasan interpersonal mendorong keberhasilan seseorang dalam mengatur hubungan antar individu. Dua keterampilan pokok itu merupakan kemampuan untuk mengenali dan menerima perbedaan antar individu dan kemampuan untuk mengenali emosi, suasana hati, perspektif, dan motivasi orang”. Contoh profesi yang dalam keseharianya berhadapan dengan orang, seperti guru, dokter, polisi, atau pedagang memerlukan keterampilanyang lebih dalam kecerdasan interpersonal supaya lebih berhasil di tempat kerja (Checkley, 1997).
8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Lama sekali setelah Gardner menulis bukunya, Frames of Mind, ia menemukan bentuk kecerdasan yang lain. Bentuk kecerdasan kedelapan yang dimaksud oleh Gardner adalah kecerdasan naturalis. Shearer (2004: 6) menjelaskan bahwa “Orang yang menonjol dalam kecerdasan naturalis menunjukkan rasa empati, pengenalan, dan pemahaman tentang kehidupan dan alam (tanaman, hewan, geologi)”. Ada banyak bidang pekerjaan yang menggunakan bakat naturalis, seperti petani, ilmuwan, ahli tanah, dan orang yang berciri khas mengamati perilaku alam (Shearer, 2004). Walaupun ada banyak bidang pekerjaan yang memerlukan kekuatan kecerdasan naturalis, banyak orang dapat memiliki kekuatan kecerdasan naturalis dengan pemahaman sederhana dan memahami hakikat alam.
Sejak buku Gardner diterbitkan tahun 1983, para pendidik telah mendiskusikan dengan antusias cara mempertimbangkan pengunaan berbagai KM di dalam kelas (Osburg, 1995). Dengan mengadopsi penggunaan dari KM di dalam kelas, dan guru memiliki perspektif KM pada materi pelajaran, maka guru dapat melihat adanya satu perbedaan dalam gaya mengajar mereka, kurikulum sebagai suatu keseluruhan, dan organisasi kelas (Shearer, 2004). Ketika guru dapat benar-benar memandang perbedaan dalam intelektual manusia, mereka akan mempunyai cara-cara efektif untuk mendidik para siswa di dalam kelas (Gardner, 2003). Menggunakan KM dalam pembelajaran merupakan satu alat efektif yang dapat membantu mencapai tujuan pendidikan (Hopper dan Hurray, 2000). Karena ada delapan kompetensi intelektual di dalam otak, maka guru dapat menyertakan beberapa cara baru dan berbeda tentang pendekatan tugas yang menggunakan satu atau lebih dari kombinasi KM.
Jadi, kecerdasan sesorang tidak hanya dilihat dari kemampuannya menghitung dan menghafal. Karena ada 8 jenis kecerdasan yang berbeda – beda dan tidak semuanya dimiliki oleh seseorang. Bisa saja ada seseorang yang lemah di bidang kecerdasan logika matematika tapi menonjol di bidang musik, atau sebaliknya. Tugas seorang guru adalah memahami potensi yang berbeda – beda tersebut agar tidak terkesan “memaksakan ikan untuk bisa memanjat pohon”.